Ilustrasi Gotong Royong.

Bulan Bhakti Gotong Royong, Saatnya Desa Kukar Tunjukkan Semangat Kolaborasi

DIALOGIS.CO – Semangat gotong royong yang menjadi akar budaya masyarakat Indonesia kembali disegarkan lewat gelaran Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) 2024 di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).

Tak sekadar seremoni tahunan, kegiatan ini terus didorong menjadi ruang kolaboratif antara pemerintah dan warga dalam memperkuat pembangunan desa dari bawah.

“Esensinya bukan hanya seremoni, tapi menjadi penguat budaya gotong royong yang memang sudah menjadi ciri khas masyarakat kita,” ujar Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kukar, Arianto, Jumat (2/5/2025).

Pemerintah Kabupaten Kukar menunjukkan komitmennya melalui kebijakan alokasi anggaran sebesar Rp50 juta per desa dan kelurahan, dengan ketentuan 15% dari dana tersebut wajib digunakan untuk mendukung kegiatan gotong royong.

Kebijakan ini ditegaskan melalui instruksi Bupati Kukar sebagai bentuk dukungan terhadap partisipasi aktif warga.

Pelaksanaan BBGRM tingkat kabupaten tahun ini dijadwalkan berlangsung pada 22 Mei 2025, dan dipusatkan di Kecamatan Kota Bangun. Tim dari DPMD telah bergerak melakukan sosialisasi dan penilaian kegiatan gotong royong di berbagai desa sebagai bagian dari tahapan program.

“Meski tidak banyak perubahan dari panduan sebelumnya, kami ingin kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang tahunan. Arahan pimpinan jelas, kegiatan ini harus menjadi momentum penguatan program gotong royong yang terstruktur, terukur, dan terencana,” tegas Arianto.

Partisipasi aktif warga menjadi indikator penting dalam penilaian BBGRM. Bahkan kegiatan rutin seperti kerja bakti membersihkan lingkungan yang dilakukan sebulan sekali bisa menjadi poin penilaian, terutama jika didokumentasikan dengan baik.

Menariknya, semua kontribusi warga yang bersifat sukarela, baik tenaga, konsumsi, maupun material, bisa dikonversi dalam bentuk rupiah sebagai bentuk pengakuan dan apresiasi.

“Kalau ada warga yang ikut bersih-bersih parit tanpa dana desa, itu kita hitung sebagai kontribusi. Misalnya tenaga dihitung Rp150 ribu per hari, konsumsi atau material lain juga dicatat,” jelas Arianto.

Lebih dari sekadar bentuk kebersamaan, gotong royong kini dilihat sebagai strategi efisiensi anggaran sekaligus penguatan rasa kepemilikan masyarakat terhadap pembangunan desa. Dengan pendekatan ini, BBGRM di Kukar terus berkembang menjadi fondasi kuat bagi pembangunan berbasis partisipasi warga. (Adv/fk)

5558015364031046774-min

#Trending Artikel

Terpopuler

banner-iklan-sidebar-300x300-1

Latest Post