Prof. Sarosa Hamongpranoto. (Istimewa)
Prof. Sarosa Hamongpranoto. (Istimewa)

Kaltim Berduka, Guru Besar Unmul Prof. Sarosa Hamongpranoto Tutup Usia

DIALOGIS.CO, SAMARINDA — Kabar duka datang dari dunia akademik Kalimantan Timur. Prof. Sarosa Hamongpranoto, Guru Besar Universitas Mulawarman (Unmul) yang dikenal luas sebagai cendekiawan berintegritas tinggi dan sosok teladan dalam dunia pendidikan, wafat pada Jumat dini hari, 2 Mei 2025, pukul 03.27 Wita. Almarhum meninggal dunia di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie, Samarinda, setelah dirawat intensif akibat gangguan jantung yang dideritanya selama sepekan terakhir.

Kehilangan Prof. Sarosa menjadi duka mendalam bagi sivitas akademika dan masyarakat Kaltim. Sosoknya dikenang tidak hanya sebagai intelektual, tetapi juga sebagai pribadi yang rendah hati dan penuh kepedulian terhadap pengembangan ilmu dan kemajuan pendidikan.

Kabar wafatnya Prof. Sarosa disampaikan pertama kali oleh Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Sarkowi V Zahry, yang diketahui memiliki hubungan dekat dengan almarhum. Dalam keterangannya, Sarkowi menyampaikan rasa kehilangan yang sangat besar, seraya mengenang kontribusi Prof. Sarosa dalam berbagai aspek pembangunan pendidikan di daerah.

Informasi tersebut diterimanya dari menantu Prof. Sarosa, yang juga merupakan Tenaga Ahli di DPRD Kaltim dan kini bertugas di Komisi IV. Kepergian beliau meninggalkan duka mendalam, bukan hanya bagi keluarga besar Unmul, tetapi juga bagi dunia pendidikan dan masyarakat Kalimantan Timur secara luas.

Jenazah almarhum disalatkan di Masjid Alfatihah Universitas Mulawarman, Gunung Kelua, sebelum dimakamkan di pemakaman umum di Jalan Abdoel Wahab Sjahranie, Samarinda. Rumah duka berada di Jalan Pramuka 19 Nomor 52, Samarinda.

Sarkowi mengenang pertemuan terakhirnya dengan Prof. Sarosa sekitar dua bulan lalu di sebuah rumah makan di kawasan Voorvo, Samarinda. Dalam pertemuan tersebut, Prof. Sarosa banyak membahas isu-isu penting seperti pendidikan, politik, dan eksistensi paguyuban Jawa di Kalimantan Timur.

“Beliau menekankan bahwa pemimpin daerah harus membuka akses pendidikan seluas-luasnya bagi rakyat. Menurut beliau, pendidikan seharusnya gratis,” kenang Sarkowi.

Di bidang politik, Prof. Sarosa menyoroti tantangan yang kerap dihadapi oleh pemimpin berkualitas dalam meraih posisi strategis. “Beliau pernah mengatakan, tantangan terbesar bagi pemimpin hebat seringkali bukan pada kapasitas, tapi pada logistik. Kapasitas sering dikalahkan oleh isi tas,” ujar Sarkowi.

Prof. Sarosa juga dikenal sebagai salah satu pendiri Ika Pakarti, sebuah paguyuban warga Jawa di Kalimantan Timur. Ia menekankan pentingnya nilai-nilai keguyuban, persaudaraan, dan kerukunan antar etnis di daerah ini.

Lebih jauh, Prof. Sarosa dikenang sebagai sosok humanis, santun, dan sabar. Ia adalah pendidik sejati yang tak hanya mengajar, tapi juga “ngemong” mahasiswa. Ia bahkan dikenal membantu mahasiswa yang nyaris drop out agar bisa melanjutkan kuliah. Pada masa Reformasi 1998, Prof. Sarosa menjadi penjamin bagi sejumlah mahasiswa yang ditahan aparat.

“Sebagai penasihat hukum, beliau selalu memberikan saran yang praktis, membangun, dan penuh semangat perjuangan. Banyak pihak menilai nasihat beliau kuat secara substansi dan berdasarkan landasan hukum yang kokoh,” tambah Sarkowi.

Prof. Sarosa lahir pada 1 Juni 1947, bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila, dan tutup usia pada 2 Mei 2025, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Ia meninggalkan satu anak, Ayu Fetriana Rosati, serta dua cucu, Anindayu Gendhis Nareswari dan Anandanu Hario Danajaya.

Selamat jalan, Prof. Sarosa. Dedikasi dan pemikiran Anda akan terus menjadi cahaya bagi dunia pendidikan di Kaltim. (Adv/Ina)

5558015364031046774-min

#Trending Artikel

Terpopuler

banner-iklan-sidebar-300x300-1

Latest Post