DIALOGIS.CO – Di tengah geliat ekonomi daerah yang terus bertumbuh, sektor perikanan budidaya di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menjadi salah satu harapan besar bagi masyarakat pesisir dan pedesaan. Lewat berbagai program bantuan, pelatihan, hingga pengembangan kelompok pembudidaya, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kukar terus berupaya memperkuat fondasi sektor ini agar makin mandiri dan berdaya saing.
Kepala Bidang Pengelolaan Perikanan Budidaya DKP Kukar, Sabar Handoyo, menyebutkan bahwa saat ini tercatat ada sekitar 1.046 kelompok pembudidaya ikan yang tersebar di seluruh wilayah Kukar. Masing-masing memiliki karakter dan potensi tersendiri, mulai dari budidaya di keramba, kolam tanah, hingga kolam terpal.
“Kelompok-kelompok ini tersebar dari wilayah pesisir hingga ke daerah tengah dan hulu. Jenis usaha mereka juga beragam, tergantung kondisi alam dan sumber daya di masing-masing daerah,” ujar Sabar, Selasa (4/11/2025).
Bagi DKP Kukar, mendukung pembudidaya bukan sekadar memberi bantuan. Lebih dari itu, dinas ingin menciptakan ekosistem yang kuat dan berkelanjutan.
Tahun ini, DKP menargetkan penyaluran 378 juta benih ikan dan udang, serta lebih dari 1 juta kilogram pakan kepada kelompok-kelompok pembudidaya di berbagai kecamatan.
Bantuan yang diberikan pun tak hanya terbatas pada komoditas ikan air tawar. Ada pula dukungan untuk rumput laut, pakan, keramba, hingga kolam terpal.
“Bantuan ini sudah berjalan sejak beberapa tahun lalu dan setiap tahun kami evaluasi agar lebih tepat sasaran,” terang Sabar.
Namun, di balik semangat membangun, masih ada tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya soal pemasaran hasil panen.
Harga ikan air tawar seperti nila dan mas, kata Sabar, saat ini cenderung turun di kisaran Rp25 ribu per kilogram.
“Keluhan yang sering kami dengar dari pembudidaya itu soal pemasaran. Tapi untuk udang, sejauh ini masih cukup stabil dan terserap pasar dengan baik,” ujarnya.
Agar pembudidaya tidak bergantung pada harga pasar yang fluktuatif, DKP Kukar kini mendorong mereka untuk melakukan diversifikasi dan hilirisasi produk.
Artinya, hasil panen tidak hanya dijual dalam bentuk segar, tetapi juga diolah menjadi produk bernilai tambah seperti ikan asap, abon ikan, hingga pakan alternatif.
“Harapan kami, para pembudidaya yang sudah menerima bantuan bisa lebih kreatif dalam mengolah hasil panennya. Dengan begitu, nilai ekonominya meningkat dan rantai pasok juga lebih kuat,” jelasnya.
Langkah lain yang disiapkan DKP adalah pembangunan fasilitas penyimpanan dingin (cool storage) di beberapa wilayah strategis.
Fasilitas ini diharapkan membantu pembudidaya menjaga kualitas hasil panen agar tetap segar hingga siap dipasarkan.
“Kami berencana menambah cool storage di sejumlah titik untuk menampung hasil panen ikan air tawar, terutama di daerah yang produksi ikannya tinggi,” tambahnya.
Seluruh upaya tersebut, lanjut Sabar, merupakan bagian dari program unggulan Bupati Kukar dr. Aulia Rahman Basri, yakni Kukar Idaman (Inovatif, Daya Saing, Mandiri, dan Sejahtera).
Program ini menargetkan dukungan bagi 25.000 nelayan dan pembudidaya, yang pada tahun 2024 lalu telah tercapai.
“Program ini bukan sekadar angka, tapi bentuk nyata perhatian pemerintah daerah terhadap masyarakat pesisir dan pembudidaya yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan kita,” pungkasnya. (Fk)







