DIALOGIS.CO, SANGATTA – Salah satu elemen penting dari teknologi pengolahan sampah terpadu di Kapupaten Kutai Timur (Kutim) diperkenalkan PT Guataka. Teknologi ini memungkinkan pemrosesan 10 ton sampah per hari tanpa membebani Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah organik diolah menjadi kompos dan pakan ternak, sementara limbah anorganik seperti plastik diubah menjadi material bangunan seperti paving block.
Inovasi ini menandai babak baru dalam pengelolaan lingkungan dengan mengadopsi sistem pengolahan sampah berkelanjutan berbasis teknologi local yang digagas oleh Pemerintah Kabupaten Kutim. Dengan menggandeng PT Guataka dan PT Mutigo, pemerintah daerah meluncurkan program Zero Waste to Landfill yang dirancang untuk menghapus ketergantungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Bupati Ardiansyah Sulaiman, dalam keterangannya, menyebutkan bahwa upaya ini merupakan bagian dari strategi besar Kutim menuju pembangunan berkelanjutan. “Kami ingin membuktikan bahwa daerah pun bisa menjadi pelopor pengelolaan sampah modern berbasis teknologi dan gotong royong,” tegasnya.
Selain PT Guataka, Pemkab juga menggandeng PT Mutigo yang fokus pada pendekatan sosial dan edukatif. Mereka mengembangkan modul pelatihan untuk masyarakat, termasuk di desa-desa sekitar Sangatta, agar masyarakat memahami pentingnya memilah sampah sejak dari sumbernya.
“Kalau teknologi jalan sendiri tanpa edukasi, hasilnya tidak maksimal. Kesuksesan program ini ada pada partisipasi warga,” ujar perwakilan PT Mutigo.
Kutim juga akan mengembangkan sistem zonasi pengelolaan sampah, memprioritaskan wilayah padat penduduk untuk pembangunan TPST. Salah satunya di Kecamatan Teluk Pandan yang selama ini mengalami peningkatan volume sampah rumah tangga. Langkah progresif ini membawa harapan baru bahwa Kutim tak hanya bersih dari sampah, tetapi juga membuka jalan bagi penciptaan lapangan kerja hijau, peningkatan ekonomi lokal, dan tumbuhnya kesadaran lingkungan jangka panjang. (Adv/jn)
