DIALOGIS.CO – Minat masyarakat terhadap wisata alam di Kutai Kartanegara, khususnya destinasi goa, terus meningkat. Namun, di balik pesonanya yang menggoda, Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar mengingatkan bahwa tidak semua keindahan alam bisa langsung dikomersialkan tanpa perhitungan yang matang.
Plt Kepala Bidang Pemasaran Dispar Kukar, Ahmad Ivan, menegaskan pentingnya kehati-hatian dalam membuka destinasi wisata alam, terutama goa, yang memiliki karakteristik dan risiko tersendiri.
“Namanya wisata alam seperti goa itu tidak bisa langsung dibuka untuk umum tanpa ada kajian. Goa itu harus dikaji dulu dari sisi keamanannya apakah strukturnya stabil, apakah layak menjadi lokasi wisata. Jangan sampai goanya rapuh dan membahayakan pengunjung,” jelas Ivan pada Kamis (24/04/2025).
Fenomena masyarakat yang langsung mempromosikan goa sebagai destinasi wisata tanpa proses yang benar mulai banyak ditemukan. Bahkan, beberapa di antaranya sudah menjalankan tur lokal tanpa izin resmi dan tanpa koordinasi dengan dinas terkait.
“Kami melihat ada keinginan baik dari masyarakat untuk memanfaatkan potensi alam. Tapi tetap harus melalui prosedur. Goa itu bukan sembarangan tempat. Harus ada kajian resmi, misalnya dari BRIDA,” lanjut Ivan.
Dispar Kukar sendiri telah mengusulkan kajian kelayakan untuk beberapa lokasi goa potensial. Sebelum hasil kajian keluar, Dispar belum dapat memberi intervensi atau dukungan langsung karena berkaitan dengan keselamatan dan legalitas pengelolaan.
Namun demikian, Ivan menegaskan bahwa pihaknya tetap memberi ruang bagi pengembangan wisata berbasis komunitas. Salah satu contohnya adalah kolaborasi yang sudah terbangun dengan Pokdarwis B3 di kawasan wisata Sedulang, termasuk dalam pelaksanaan Festival Danau Semayang.
“Di Sedulang ada Pokdarwis B3, ketuanya Pak Alimin. Kami kerja sama dalam pelaksanaan Festival Danau Semayang. Kami bantu pembiayaan dan pendampingan,” ungkap Ivan.
Untuk kawasan yang baru memulai pengembangan destinasi, Dispar Kukar juga memberikan dukungan melalui pelatihan dan penyuluhan guna memperkuat kapasitas pelaku wisata lokal. Pendampingan ini dilakukan agar pengelolaan wisata tidak sekadar spontan, tetapi berkelanjutan dan profesional.
Ivan berharap, ke depan Kukar memiliki lebih banyak destinasi unggulan yang tidak hanya menawan secara visual, tetapi juga aman, legal, dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
“Yang penting itu sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga riset. Dengan begitu, pariwisata kita bisa maju tanpa mengorbankan keselamatan dan kualitas layanan,” tutupnya. (Adv/fk)