DIALOGIS.CO – Upaya membangun desa wisata di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) terus digalakkan. Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar menjadikan program ini sebagai salah satu strategi utama memperluas cakupan destinasi dan meningkatkan kesejahteraan warga melalui sektor pariwisata berbasis lokal.
Plt Kepala Dispar Kukar, Arianto, mengungkapkan bahwa kesuksesan desa wisata tidak hanya bertumpu pada potensi alam atau budaya, tetapi sangat bergantung pada keterlibatan warga dan sinergi lintas sektor.
“Untuk membangun desa wisata, hal utama yang harus ada adalah daya tarik wisata, baik budaya, ekowisata, wisata alam, maupun buatan. Tapi yang terpenting adalah pengelolaan oleh penggiat wisata seperti Pokdarwis dan dukungan penuh dari masyarakat serta pemerintah desa,” jelas Arianto, Kamis (27/3/2025).
Menurut Arianto, pengalaman membuktikan bahwa tanpa dukungan aktif masyarakat, desa dengan potensi besar sekalipun tetap sulit berkembang. Peran warga menjadi sangat penting dalam operasional, promosi, hingga perawatan sarana wisata yang ada.
Sejak 2012, Kukar telah menetapkan 10 desa wisata melalui keputusan Bupati. Periode 2013–2015 menjadi tonggak penting saat konsep desa mandiri mulai diperkenalkan, yang mencakup sektor pendidikan, ketahanan pangan, hingga pariwisata.
Beberapa desa mulai menunjukkan kemajuan signifikan. Misalnya Desa Kedang Ipil, yang memaksimalkan kekuatan wisata alam seperti air terjun dan kearifan lokal. Kemudian Desa Pela, yang mengembangkan ekowisata berbasis konservasi lingkungan, dan Desa Sangkuliman yang menonjol dengan konsep pelestarian alam.
Ada pula Desa Long Anai, Loa Kulu, dan Batuah yang menjadi bagian dari kawasan strategis pariwisata di Kukar. Meski begitu, Arianto tak menutup mata terhadap fakta bahwa sebagian desa masih membutuhkan pendampingan lebih lanjut terutama dalam hal manajemen, promosi, dan infrastruktur pendukung.
Selama ini, wisata Kukar banyak dikenal karena daya tarik besar seperti Pulau Kumala, Waduk Panji Sukarame, dan Museum Mulawarman. Namun kini, arah pembangunan lebih menyebar agar desa-desa dengan potensi lokal bisa ikut tumbuh dan dikenal luas.
Beberapa destinasi baru pun mulai mencuri perhatian, seperti Taman Gubang dan objek Batu Goa Gelap di Desa Suka Maju. Tak ketinggalan, Madu Kelulut dari Tenggarong Seberang pun menjadi bagian dari pengalaman wisata baru yang digarap serius.
Dukungan terhadap pelaku ekonomi kreatif juga digiatkan. Salah satunya melalui bantuan alat produksi es batu kristal kepada pelaku usaha kuliner, yang ikut menopang kebutuhan sektor pariwisata di kawasan tersebut.
Arianto menegaskan, peran utama tetap berada di tangan masyarakat. Pemerintah hanya bisa berfungsi sebagai fasilitator dan pendamping dalam menyelesaikan kendala yang muncul di lapangan.
“Kami siap membantu mencari solusi, tapi yang berperan utama tetap masyarakat setempat. Karena tanpa mereka, desa wisata tidak bisa hidup dan berkembang,” tuturnya.
Dengan sinergi yang kuat antara warga, Pokdarwis, pemerintah desa, dan Dinas Pariwisata, Arianto yakin Kukar akan memiliki lebih banyak desa wisata yang berdaya saing tinggi di masa depan. Sebuah langkah nyata menuju Kukar sebagai destinasi unggulan di Kalimantan Timur bukan hanya karena keindahan, tapi juga karena kekuatan kolektif warganya. (Adv/fk)