DIALOGIS.CO – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Kartanegara (Kukar) melalui Bidang Kebudayaan menggelar Lomba Seni Budaya Kutai sebagai bagian dari rangkaian Festival Erau Adat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura 2025.
Kegiatan berlangsung mulai Senin (22/9/2025) hingga Sabtu (26/9/2025) di Stadion Rondong Demang, Tenggarong.
Koordinator Lomba Seni Budaya Tradisi, Rendi Pangestu, menyebutkan lomba tahun ini mencakup empat kategori, yaitu Lomba Baca Tarsul Kutai, Lomba Tingkilan Kutai Kartanegara Tradisi, Lomba Menyanyi Lagu Daerah Kutai, dan Lomba Jepen Kutai Kreasi.
“Antusiasme peserta cukup tinggi. Bahkan setelah penutupan pendaftaran, masih banyak yang ingin ikut serta, namun karena kuota terbatas, tidak bisa lagi kami terima,” jelasnya.
Setiap kategori dibatasi maksimal 20 peserta, kecuali Lomba Tingkilan yang diikuti 14 peserta. Secara keseluruhan, jumlah peserta mencapai 74 orang.
“Untuk lomba Tingkilan dan Jepen sifatnya berkelompok, sedangkan lomba Baca Tarsul dan Menyanyi Lagu Daerah bersifat perorangan,” terangnya.
Pelaksanaan lomba diawali dengan Baca Tarsul Kutai. Rendi menegaskan bahwa dewan juri yang dihadirkan merupakan tokoh berkompeten di bidang seni budaya.
“Setelah penampilan peserta, dewan juri akan melakukan diskusi dan penilaian untuk menentukan pemenang di setiap kategori,” ujarnya.
Ia menambahkan, para pemenang akan diumumkan dan diberikan penghargaan pada malam penutupan Festival Erau.
“Penyerahan hadiah akan dilaksanakan bersamaan dengan closing ceremony,” katanya.
Menurut Rendi, kegiatan ini bukan sekadar kompetisi, tetapi sarana untuk melestarikan seni dan budaya daerah.
“Lomba ini bertujuan menjaga keberlangsungan kebudayaan kita, khususnya tarsul, seni musik, dan seni tari. Bagaimana kita mengembalikan kebudayaan dari zaman dahulu untuk tetap dilestarikan,” tegasnya.
Penyelenggaraan lomba disebut sejalan dengan tema Festival Erau 2025, yakni Menjaga Marwah Peradaban Nusantara.
“Kita ingin menjaga martabat dan marwah budaya yang telah diwariskan dari dulu, agar tetap hidup di tengah masyarakat,” pungkas Rendi. (Adv/fk)







