Plt. Kepala DP2KB Kukar, Dafip Haryanto.
Plt. Kepala DP2KB Kukar, Dafip Haryanto.

DP2KB Kukar Hadirkan Pendekatan Kekeluargaan untuk Turunkan Stunting

DIALOGIS.CO – Di tengah tantangan pembangunan kesehatan yang semakin kompleks, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) justru memperlihatkan wajah optimisme.

Pemerintah daerah, melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB), konsisten melangkah untuk menurunkan angka stunting dengan cara yang berbeda: hangat, penuh nilai kekeluargaan, dan berakar dari masyarakat itu sendiri.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DP2KB Kukar, Dafip Haryanto, menegaskan bahwa urusan stunting bukan sekadar soal teknis. Baginya, ini adalah bagian dari misi besar membangun peradaban.

“Stunting bukan hanya soal gizi. Ini tentang membentuk generasi kuat melalui keluarga yang sehat dan berdaya. Maka pendekatan kami pun harus menyentuh langsung ke dalam rumah tangga,” ujar Dafip, Kamis (22/5/2025).

Sebagai sekretariat Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), DP2KB memainkan peran penting dalam menyatukan data dan strategi dari berbagai sektor. Data menjadi kunci, sementara semangat kolaborasi dan gotong royong menjadi bahan bakarnya.

Di lapangan, wajah nyata program ini hadir lewat Tim Pendamping Keluarga (TPK). Mereka bukan sekadar menyampaikan informasi, tetapi juga hadir mendampingi ibu hamil, memantau tumbuh kembang balita, hingga menjadi telinga yang setia bagi para ibu yang butuh arahan maupun dukungan emosional.

“Kami percaya, perubahan besar dimulai dari sentuhan kecil yang konsisten. Dan TPK hadir bukan sebagai pengawas, tapi sebagai sahabat keluarga,” tutur Dafip.

Dari sinilah lahir inovasi yang membumi yaitu Gerakan Orang Tua Asuh Stunting (GENTING). Program ini unik karena sama sekali tidak bergantung pada anggaran daerah.

Sebaliknya, GENTING tumbuh dari ketulusan para donatur dan dunia usaha yang rela menjadi orang tua asuh bagi anak-anak berisiko stunting.

“Besar kecilnya bantuan bukan hal utama. Yang paling penting adalah komitmen dan kepedulian. Bahkan satu anak pun layak diperjuangkan,” ucap Dafip.

Selain gizi, DP2KB juga menghadirkan Taman Keluarga, ruang edukasi yang menyenangkan bagi warga.

Di tempat ini, masyarakat bisa belajar soal pola asuh, pentingnya komunikasi keluarga, hingga nutrisi seimbang dalam suasana santai.

Taman Keluarga ibarat laboratorium sosial kecil yang menebar nilai kebaikan di rumah tangga.

Kini, gagasan tersebut diajukan ke Sistem Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik).

Bahkan DP2KB menjalin komunikasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) agar program ini bisa berkembang lebih ilmiah dan berkelanjutan.

Tak hanya berhenti pada anak-anak, DP2KB juga menaruh perhatian pada kelompok lansia. Melalui program Ramah Lansia, mereka mendorong kesadaran baru bahwa orang tua bukanlah beban, melainkan aset sosial yang tetap bisa berdaya.

“Bonus demografi itu lengkap, tidak hanya usia produktif. Kita juga harus menyiapkan sistem sosial yang menghargai dan melibatkan para lansia secara aktif,” tambah Dafip.

Meski begitu, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah keterlibatan sektor swasta yang masih terbatas. Saat ini, baru satu perusahaan yang konsisten mendampingi anak-anak melalui program GENTING.

Namun bagi Dafip, hal itu bukan alasan untuk patah semangat.

“Perubahan tak harus besar di awal. Yang penting, arah kita benar dan niatnya tulus. Selama masih ada satu anak yang bisa kita bantu, perjuangan ini layak dilanjutkan,” tegasnya.

Dengan semangat empati dan kolaborasi, DP2KB Kukar menunjukkan bahwa mereka tidak sekadar mengejar target angka.

Lebih dari itu, mereka sedang menanam harapan dan menulis masa depan yang lebih sehat, kuat, dan manusiawi bagi generasi Kukar mendatang. (Adv/fk)

5558015364031046774-min

#Trending Artikel

Terpopuler

banner-iklan-sidebar-300x300-1

Latest Post