DIALOGIS.CO – Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Pemkab Kukar) meresmikan Embung Maluhu di Kelurahan Maluhu sebagai sarana pengairan pertanian.
Bupati Kukar, Edi Damansyah, langsung meninjau lokasi bersama jajaran Dinas Pekerja Umum (PU), Camat Tenggarong, serta perwakilan dari Kodim dan Polres Kukar, Rabu (23/4/2025).
Embung dengan kapasitas 3.000 meter kubik tersebut diharapkan mampu mengairi lahan pertanian sekitar lima hektar dan mendorong peningkatan produksi pangan lokal.
“Embung ini adalah hasil usulan sahabat-sahabat petani Gapoktan di RT 19 Maluhu. Hari ini kami pastikan telah selesai dibangun dan siap difungsikan,” kata Edi Damansyah.
Dalam kesempatan itu, Edi Damansyah menegaskan bahwa pembangunan embung merupakan bagian dari prioritas pembangunan infrastruktur air untuk mendukung sektor pertanian.
Embung Maluhu sendiri merupakan bagian dari program kerja sama antara Pemkab Kukar dan TNI melalui Karya Bakti TNI yang didanai dari APBD Kukar.
“Memang idealnya jalan usaha tani, saluran irigasi, dan embung dibangun bersamaan. Tapi karena keterbatasan anggaran, kita dahulukan yang paling prioritas: infrastruktur air,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa ketersediaan air menjadi faktor kunci dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Dengan adanya embung, kelompok tani diharapkan bisa mengubah budaya kerja, dari pola tanam konvensional menjadi lebih intensif.
“Kalau biasanya dua kali tanam setahun, sekarang coba tiga kali. Jangan menunggu berbulan-bulan setelah panen. Langsung tanam kembali, rencanakan dengan baik,” ujarnya.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar, lanjut Edi, terus memberikan dukungan kepada petani dalam bentuk bantuan bibit, pupuk, hingga alat pertanian secara bertahap.
Selain fungsi pengairan, Edi juga merespons positif wacana menjadikan Embung Maluhu sebagai kawasan wisata lokal. Ia mengapresiasi ide Lurah Maluhu yang ingin mengembangkan embung menjadi ruang publik yang menarik dan nyaman.
“Silakan Lurah dan warga berinovasi. Pariwisata seperti ini harus tumbuh dari bawah. Saya sarankan bentuk Pokdarwis agar pengelolaan bisa dimulai dari hal-hal kecil,” pesannya.
Menurutnya, pengembangan kawasan embung harus dimulai dari menjaga kebersihan, kenyamanan, dan menciptakan daya tarik yang sesuai dengan potensi lokal.
“Jangan tunggu program dari atas. Kalau dari atas turun tapi tidak sesuai kebutuhan lokal, sering kali gagal. Lebih baik dimulai dulu dari bawah,” tegas Edi.
Ia berharap, pada akhirnya Embung Maluhu bisa menjadi lokasi yang tak hanya fungsional sebagai irigasi, tetapi juga tempat rekreasi warga di akhir pekan. (Adv/fk)