DIALOGIS.CO – Tak semua pasangan suami istri memiliki kesempatan menggelar pesta pernikahan yang meriah lengkap dengan pelaminan, tamu undangan, dan foto kenangan.
Sebagian dari mereka bahkan telah lama menjalani rumah tangga tanpa dokumen resmi, baik buku nikah maupun pencatatan di KTP.
Namun kini, harapan itu hadir melalui program isbat nikah yang digagas Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) bersama Kementerian Agama dan Pengadilan Agama.
Program ini bukan sekadar memberi pengakuan hukum, melainkan juga menghadirkan rasa bahagia yang utuh bagi pasangan.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kukar, Arianto, menyebut inisiatif ini lahir dari kolaborasi strategis untuk menjawab permasalahan administrasi kependudukan yang kerap membayangi masyarakat.
“Melalui proses isbat nikah, keabsahan pernikahan pasangan diperiksa secara menyeluruh. Jika syaratnya terpenuhi, maka Kementerian Agama akan mengeluarkan buku nikah, sementara Dinas Dukcapil akan memperbarui data kependudukan, termasuk KTP dan Kartu Keluarga,” jelas Arianto, Senin (16/6/2025).
Lebih jauh, Arianto menekankan bahwa program ini tidak berhenti pada urusan legalitas semata. Pemerintah desa justru didorong untuk ikut serta, baik dalam penganggaran biaya administrasi maupun dukungan sosial.
Bahkan, jika pasangan ingin merayakan momen bahagia itu dengan resepsi, pelaminan, dan jamuan sederhana, pemerintah desa bisa ikut memfasilitasi.
Di Desa Badak Baru, misalnya, keberhasilan program ini begitu terasa. Pemerintah desa setempat menghadiahkan souvenir berupa sprei dan bantal kepada pasangan yang mengikuti isbat nikah.
Tak peduli meski banyak dari mereka sudah memiliki anak, kesempatan untuk duduk di pelaminan dan berfoto bersama keluarga menjadi kebahagiaan yang tak ternilai.
“Dengan begitu, tidak ada lagi warga yang tidak memiliki administrasi kependudukan lengkap. Anak-anak mereka pun bisa mendapatkan akta kelahiran dengan status orang tua yang sah,” terang Arianto.
Lebih dari sekadar dokumen, program isbat nikah menjadi jembatan silaturahmi. Banyak pasangan yang sebelumnya hanya menikah sederhana dengan penghulu, kini merasakan kehangatan resepsi, doa restu keluarga, dan kebersamaan masyarakat.
“Saya sampai terharu melihat antusiasme warga. Harapan kami, program ini terus berlanjut dan menjangkau lebih banyak pasangan di seluruh desa dan kelurahan di Kukar,” pungkas Arianto. (Adv/fk)