DIALOGIS.CO – Di balik lebatnya hutan dan jauhnya akses di Kecamatan Tabang, sebuah desa kecil bernama Tukung Ritan menjelma menjadi panggung perayaan budaya yang penuh makna. Lewat Festival Mecaq Undat yang digelar pada 1–5 Mei 2025, masyarakat desa menyuarakan satu hal penting yaitu tradisi tidak akan pudar jika dijaga bersama.
Festival ini bukan sekadar pergelaran seremonial, melainkan hasil gotong royong dan kerja panjang dari warga desa. Kepala Desa Tukung Ritan, Ubang Ului, menjelaskan bahwa persiapan dimulai sejak jauh hari dengan pembentukan panitia khusus dan perencanaan anggaran yang matang.
“Kami sisihkan Rp100 juta dari APBDes, dan sisanya kami upayakan melalui dukungan perusahaan sekitar. Alhamdulillah, total mencapai sekitar Rp350 juta,” ujarnya, Minggu (4/5/2025).
Momentum budaya ini diramaikan dengan berbagai perlombaan tradisional seperti menyumpit, tari-tarian dari anak hingga dewasa, hingga senam kreasi ibu-ibu. Puncak acara berupa ritual sakral “numbuk beras” tetap digelar di Lamin Biok, walau cuaca memaksa panitia memindahkan lokasi dari lapangan terbuka.
Tak hanya warga yang larut dalam suasana, dukungan datang dari berbagai pihak, mulai dari lembaga adat Kaltimtara hingga perusahaan lokal. Namun, kehadiran UMKM lokal belum maksimal. Beberapa di antaranya hanya sempat membuka lapak kecil berisi kerajinan dan makanan lokal.
Menurut Plt. Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata Kukar, Awang Ivan Ahmad, pihaknya turut mempromosikan kegiatan ini melalui video teaser dan dokumentasi.
“Kami sudah menerima proposal dukungan dari desa, tetapi tentu harus disesuaikan dengan kondisi anggaran daerah. Kami mendorong desa-desa agar memanfaatkan dana desa dan menjalin kerja sama dengan perusahaan melalui skema CSR,” jelasnya.
Festival Mecaq Undat seolah menjadi napas baru bagi upaya pelestarian budaya lokal di Kukar. Semangat yang tumbuh dari desa ini menunjukkan bahwa warisan leluhur tak harus tinggal cerita—asal ada niat, kerja sama, dan cinta pada akar budaya sendiri. (Adv/fk)