DIALOGIS.CO – Masyarakat pesisir Kuala Samboja kembali bersiap menyambut momen sakral sekaligus meriah dalam gelaran Pesta Laut Pesisir Nusantara 2025, yang dijadwalkan berlangsung pada 3 hingga 6 April mendatang.
Lebih dari sekadar seremoni budaya, acara tahunan ini menjadi wujud syukur, pelestarian tradisi, sekaligus wadah membangun kebersamaan di antara warga pesisir Kutai Kartanegara (Kukar).
Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kukar, Zikri Umulda, mengungkapkan bahwa koordinasi dengan panitia lokal dan Pemerintah Kelurahan Kuala Samboja telah dilakukan secara intensif demi kelancaran penyelenggaraan. Salah satu fokus utama adalah menjaga keotentikan unsur adat yang menjadi inti acara.
“Pemerintah setempat sangat berkomitmen mendukung penuh pelaksanaan tradisi seperti ritual malarung dan belimbur, yang merupakan warisan budaya masyarakat pesisir,” ujar Zikri saat ditemui pada Senin (24/3/2025).
Malarung, prosesi pelarungan sesajen ke laut sebagai bentuk syukur atas limpahan rezeki dari laut, akan menjadi sorotan utama. Ritual ini diyakini membawa berkah dan keselamatan bagi para nelayan. Bersamaan, suasana kampung akan disemarakkan oleh beragam hiburan dalam pesta rakyat yang berlangsung tiga malam berturut-turut.
Lurah Kuala Samboja, Usman, memastikan kesiapan wilayahnya sebagai tuan rumah. Ia menyampaikan apresiasi atas dukungan berkelanjutan dari Dinas Pariwisata yang konsisten memasukkan acara ini dalam agenda resmi tahunan.
“Penentuan tanggalnya tetap mempertimbangkan masukan dari nelayan dan guru spiritual. Ini bukan hanya tradisi, tetapi juga kepercayaan dan harapan masyarakat kami,” jelasnya.
Rangkaian acara akan dimulai dengan ritual injak bara pada malam 3 April, diikuti oleh prosesi malarung pada pagi 4 April, lalu dilanjutkan dengan pesta rakyat penuh hiburan hingga 6 April. Tahun ini, panggung hiburan akan diisi oleh artis nasional, musisi lokal, dan kelompok seni anak-anak sekolah, menghadirkan nuansa inklusif dan edukatif.
Meski pernah dilaksanakan tanpa dukungan anggaran formal dari kabupaten, Pesta Laut Pesisir Nusantara tetap berjalan berkat inisiatif dan semangat gotong-royong masyarakat. Menariknya, penyematan kata “Nusantara” tak hanya simbolis, tapi juga mengandung harapan agar tradisi ini mendapat perhatian dari wilayah Ibu Kota Nusantara (IKN) yang letaknya tak jauh dari Kuala Samboja.
“Sudah tiga tahun berturut-turut kami mengundang pihak IKN, tapi belum pernah ada yang hadir. Kami masih menanti kehadiran mereka,” ucap Usman dengan nada berharap.
Kendati begitu, masyarakat tetap berkomitmen menjaga dan melanjutkan tradisi ini. Harapan pun mengalir agar tradisi laut ini bukan hanya menjadi kebanggaan lokal, tetapi juga ikon budaya pesisir yang menginspirasi di tingkat nasional, bahkan menjadi titik temu antara budaya tradisi dan masa depan Nusantara. (Adv/fk)