Tumpeng Jadi Simbol Persatuan di HUT ke-55 Kelurahan Maluhu

DIALOGIS.CO – Dalam suasana hangat dan penuh rasa syukur, masyarakat Kelurahan Maluhu merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-55 dengan sebuah tradisi yang tak pernah lekang oleh waktu yaitu dengan tumpengan.

Malam syukuran yang digelar di Panggung Sasana Krida Bhakti, Kamis (22/5/2025), menjadi momen sakral dan kebersamaan bagi warga lintas suku yang hidup rukun di wilayah ini.

Plt Kepala Dinas Pariwisata Kutai Kartanegara (Kukar), Arianto, yang hadir dalam kesempatan tersebut, mengungkapkan kekagumannya atas pelestarian budaya yang dilakukan masyarakat Maluhu, khususnya dalam menjaga tradisi Jawa seperti tumpengan.

“Tumpengan ini kan tradisi Jawa, alhamdulillah semua suku di Kukar ini guyub rukun berdampingan, terutama teman-teman dari suku Jawa di Kelurahan Maluhu,” tuturnya.

Arianto menegaskan, Pemerintah Daerah sangat mendukung keberlanjutan tradisi seperti ini, sebagai bentuk kekayaan budaya daerah yang mencerminkan harmoni antar-etnis.

“Meskipun suku aslinya Kutai, tapi pendatang dari daerah lain harus merasa nyaman dan aman. Bahkan mereka bisa menjalankan tradisi leluhurnya dengan baik di Kukar,” lanjutnya.

Ia pun mengingatkan bahwa tumpeng bukan sekadar nasi kuning berbentuk kerucut, melainkan sarat makna spiritual dan sosial.

“Puncaknya yang mengarah ke atas adalah simbol bahwa semua keberhasilan harus kembali kepada Yang Maha Kuasa. Lauk pauknya melingkari nasi tumpeng, sebagai lambang keragaman yang hidup dalam harmoni,” imbuh Arianto.

Sementara itu, Lurah Maluhu, Tri Joko Kuncoro menyampaikan bahwa tradisi tumpengan selalu menjadi bagian dari perayaan HUT Kelurahan setiap tahunnya. Tidak hanya sebagai simbol adat, tumpengan menjadi perekat sosial.

“Acara ini kami isi dengan makan bersama seluruh lapisan masyarakat, perwakilan pemerintah, dan stakeholder. Lewat tumpengan, kita berbagi kebahagiaan, menikmati nikmat yang Tuhan berikan kepada Kelurahan Maluhu selama 55 tahun terakhir,” jelas Tri Joko.

Suasana malam syukuran kian hangat saat warga berkumpul, menyendok nasi tumpeng, dan saling bertukar cerita. Tradisi yang sederhana, namun bermakna dalam, terus menjadi pengingat bahwa keberagaman adalah kekuatan dan rasa syukur adalah fondasi kebersamaan. (Adv/fk)

5558015364031046774-min

#Trending Artikel

Terpopuler

banner-iklan-sidebar-300x300-1

Latest Post