Banyak Khawatir Ekonomi RI di Tahun Politik, Ini Analisanya!

Jakarta, CNBC Indonesia – Ahli ekonomi memprediksi akan terjadi pelemahan investasi pada saat gelaran Pemilihan Umum 2024. Meski begitu, sektor konsumsi diprediksi cenderung meningkat dengan banyaknya belanja para calon legislatif (caleg).

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan merujuk pada data gelaran Pemilu di masa-masa sebelumnya, pertumbuhan investasi cenderung melandai di tahun politik. Dia mengatakan para investor memilih untuk menunda melakukan investasi sampai Pemilu selesai. “Memang ada faktor wait and see di situ,” kata Andry dikutip pada Rabu, (27/9/2023).

Andry mengatakan untuk memutus lingkaran lesu investasi di tahun politik itu, pemerintah harus terus melanjutkan program penarik investasi yang sudah berjalan. Misalnya untuk program hilirisasi nikel, dia mengatakan program itu masih bisa berlanjut di tengah gelaran politik 5 tahunan sekali. “Nikel sudah dijalankan, hilirisasi kepada industri lain juga bisa dilakukan,” kata dia.

Andry meyakini ketika pemerintah bisa fokus menjalankan program-program penarik investasi, aliran modal ke dalam negeri akan tetap lancar. Dia mengatakan pemerintah dapat meyakinkan investor bahwa pergantian kekuasaan tidak membuat program lama berhenti.

“Dari jaman SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) ke Pak Jokowi ada benang merah juga dari sisi pembangunan infrastruktur,” kata dia.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan hal serupa. Dia memprediksi Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kompak melemah setiap perhelatan Pemilu. Namun, dia mengatakan pelemahan itu hanya terjadi sesaat dan pulih kembali setelah pemenang Pemilu diumumkan.

Dia mengatakan tren pelemahan dapat dilihat pada gelaran Pemilu 2004 dan 2009. Dia mengatakan saat itu IHSG dan Rupiah cenderung mengalami pelemahan sesaat. Namun, harga Rupiah dan IHSG kembali pulih begitu hasil Pemilu keluar dan kondisi politik kembali stabil. “Pada saat hasil pemilu keluar dan kondisi politik cenderung stabil biasanya confidence investor rebound lagi dan indikator di pasar keuangan kembali,” kata dia.

Josua mengatakan kajiannya juga mencermati adanya tren perilaku investor asing selama gelaran pemilu. Dia mengatakan di satu sisi kegiatan Pemilu mendorong peningkatan di sisi konsumsi masyarakat. Namun, kata dia, di sisi lain kegiatan investasi asing cenderung menurun. “PMA (Penanaman Modal Asing) cenderung negatif, tetapi ini hanya sementara dan akan rebound lagi,” kata dia.

Kepala Pusat Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Abdurohman meyakini kontribusi Pemilu akan bisa menambal dampak pelemahan ekonomi di Indonesia. Dia memperkirakan Pemilu 2024 akan berkontribusi sebesar 0,2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) 2023 dan 0,27% untuk PDB 2024.

“PDB 2023 sekitar 0,2% dan juga 2024 sebesar 0,27%, itu hitung-hitungan kasar kami,” kata Abdurohman.

Dia mengatakan kontribusi terhadap PDB itu datang dari belanja pemerintah untuk urusan Pemilu. Menurut dia, untuk 2023 saja pemerintah sudah menganggarkan sebesar Rp 11,52 triliun dan untuk 2024 jumlahnya bertambah menjadi Rp 15,87 triliun. “Dampak langsungnya akan menambah ke pertumbuhan konsumsi pemerintah dalam komponen PDB,” kata dia.

Selain itu, Abdurohman mengatakan kontribusi terhadap PDB juga datang dari belanja para calon legislatif (caleg). Merujuk pada data 2019, jumlah seluruh caleg di Indonesia yang memperebutkan kursi di DPRD Provinsi dan kabupaten/kota mencapai 258.631 orang; dan 8.037 orang berebut kursi DPR RI.Abdurohman mengatakan pemerintah memperkirakan setiap caleg DPR RI akan mengeluarkan uang sedikitnya Rp 1 miliar. Sementara, untuk DPRD para calon diperkirakan akan menggelontorkan dana hingga Rp 500 juta setiap orang. Menurut dia, belanja para caleg itu akan terefleksikan dalam konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT). Kontribusi pada konsumsi LNPRT diperkirakan mencapai 4,72% pada 2023 dan 6,57% pada 2024.

5558015364031046774-min

#Trending Artikel

Terpopuler

banner-iklan-sidebar-300x300-1

Latest Post