DIALOGIS.CO – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menegaskan komitmennya dalam menjaga kelestarian lingkungan, khususnya habitat Pesut Mahakam, di tengah derasnya pembangunan kawasan perairan.
Kepala DKP Kukar, Muslik, mengatakan pembangunan merupakan keniscayaan, tetapi harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian agar tidak merusak lingkungan.
“Karena ini merupakan bagian dari proses pembangunan, kami berharap kegiatan tersebut dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pelaksanaan, terutama yang berkaitan dengan kaidah-kaidah lingkungan,” ujarnya, Jumat (18/7/2025).
Ia mengingatkan, dampak pembangunan yang tidak terkelola dengan baik dapat menurunkan kualitas perairan, yang pada akhirnya berpengaruh pada keberlangsungan sektor perikanan dan ketersediaan ikan sebagai sumber pangan Pesut Mahakam.
“Dampaknya bisa langsung terasa pada produksi ikan yang menjadi bagian penting dari sektor perikanan kita. Oleh karena itu, kehati-hatian sangat diperlukan,” jelasnya.
Muslik mengakui, DKP Kukar belum terlibat secara langsung dalam perencanaan beberapa proyek pembangunan yang dekat dengan kawasan perairan. Namun ia optimistis sinergi lintas sektor akan terwujud ke depan.
“Kami belum dilibatkan secara langsung. Namun kami yakin, pada waktunya nanti, pihak-pihak yang berkepentingan akan dilibatkan secara lebih aktif,” katanya.
Terkait kekhawatiran masyarakat terhadap aktivitas penambangan, seperti tambang silika yang dinilai berpotensi mengganggu habitat pesut, Muslik menegaskan kegiatan ekonomi tetap dapat berjalan jika mengikuti aturan.
“Kalau kegiatan penambangan silika dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dampaknya bisa diminimalkan. Kita tidak bisa menghindari kekhawatiran-kekhawatiran tersebut, tetapi yang penting adalah bagaimana agar kegiatan ini bisa berjalan beriringan dengan upaya menjaga lingkungan, khususnya perairan yang menjadi habitat alami pesut,” ujarnya.
Sebagai langkah nyata, DKP Kukar telah menetapkan sejumlah kawasan konservasi di wilayah perairan. Kawasan ini tidak hanya berfungsi sebagai zona perlindungan, tetapi juga strategi mitigasi terhadap berbagai aktivitas ekonomi di sekitar danau dan sungai.
“Ini merupakan bagian dari strategi mitigasi kita, tidak hanya terhadap tambang kuarsa, tetapi juga terhadap seluruh aktivitas ekonomi yang ada di wilayah tersebut,” tambahnya.
Lebih lanjut, Muslik menegaskan pelestarian lingkungan, termasuk habitat Pesut Mahakam, membutuhkan kolaborasi lintas sektor.
“Saya pikir pelestarian ini harus kita lakukan secara bersama-sama. Tidak bisa dilakukan secara sektoral atau sendiri-sendiri. Oleh karena itu, kolaborasi menjadi sangat penting, terutama jika kita ingin benar-benar menjaga kelestarian lingkungan, termasuk keberadaan Pesut Mahakam,” pungkasnya. (Adv/fk)