DIALOGIS.CO – Pemerintah Desa Muara Kaman Ulu, Kecamatan Muara Kaman, memulai pembangunan pelantar wisata berbahan kayu ulin di tepi Sungai Matang.
Pembangunan ini menjadi langkah awal menjadikan kawasan tersebut sebagai destinasi baru bagi warga maupun wisatawan lokal.
Kepala Desa Muara Kaman Ulu, Hendra, mengatakan pengerjaan proyek ini dimulai tahun 2025 dengan anggaran awal Rp75 juta dari Dana Desa.
Tahapan pembangunan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan anggaran desa dengan prinsip berkelanjutan.
“Paling tidak dikerjakan terus, berapa meter dapatnya. Artinya, tidak langsung selesai, jadi berkelanjutan,” ujarnya, Rabu (13/8/2025).
Pelantar dirancang terinspirasi dari pelataran Taman Tanjung Tenggarong, namun dengan sentuhan lokal khas Sungai Mahakam. Material kayu ulin dipilih karena memiliki daya tahan tinggi sekaligus nilai estetika.
“Kita bangunkan pelantaran seperti di Timbau, di Taman Tanjung kayak gitu lah. Tapi kita terbuat dari ulin,” tambahnya.
Menurut Hendra, idealnya pembangunan membutuhkan dana hingga miliaran rupiah untuk dapat rampung.
Namun, anggaran desa yang diterima tiap tahun terbatas dan harus dibagi untuk kebutuhan lain.
“Kalau untuk pembangunan itu bisa sampai dua sampai tiga miliar. Tapi yang didapat di pemerintah desa itu dibagi-bagi. Kadang 75 juta, kadang 100 juta,” jelasnya.
Untuk mempercepat pembangunan, pemerintah desa berencana menggandeng perusahaan sekitar melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
Langkah ini diharapkan mendukung percepatan proyek tanpa sepenuhnya bergantung pada APBDes.
Lokasi pelantar di sisi barat Sungai Matang menawarkan panorama matahari terbit yang menjadi daya tarik tersendiri.
Potensi ini dinilai dapat menjadi ikon wisata baru jika ditata dengan baik.
“Di situ kita bisa lihat matahari terbit langsung. Kalau ditata rapi, tempat itu bisa jadi ikon wisata baru,” kata Hendra.
Pemerintah desa menargetkan proyek ini mampu mendorong ekonomi kreatif warga.
Ke depan, pelantar akan dilengkapi kios UMKM, kuliner, dan spot foto untuk menarik wisatawan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Kalau pelantarnya sudah bagus, kita bisa kembangkan kios UMKM, kuliner, dan spot foto yang menarik. Ini bukan hanya untuk wisata, tapi juga untuk perputaran ekonomi warga,” tegasnya.
Pada tahun 2026, pemerintah desa menargetkan tambahan anggaran minimal Rp100 juta untuk melanjutkan pembangunan.
Dukungan perusahaan sekitar juga diharapkan dapat mempercepat terwujudnya pelantar wisata Sungai Matang sebagai ikon baru desa.
“Pelan-pelan kita bangun, yang penting konsisten. Mudah-mudahan tahun depan ada tambahan anggaran dan perusahaan sekitar juga bisa bantu,” pungkas Hendra. (Adv/fk)