Peserta Kegiatan Workshop Penyusunan Modul Pembelajaran Bahasa Daerah Guru SMP.
Peserta Kegiatan Workshop Penyusunan Modul Pembelajaran Bahasa Daerah Guru SMP.

Disdikbud Kukar Gelar Workshop Penyusunan Modul Bahasa Kutai untuk Guru SMP

DIALOGIS.CO – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) kembali memperkuat komitmen pelestarian budaya lokal melalui jalur pendidikan.

Hal ini diwujudkan dengan penyelenggaraan Workshop Penyusunan Modul Pembelajaran Bahasa Daerah bagi Guru SMP yang berlangsung selama dua hari, 16–17 Juli 2025, di Hotel Grand Fatma Tenggarong.

Kegiatan dibuka oleh Plt Sekretaris Disdikbud Kukar, Joko Sampurno, yang diwakili Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Nuraini. Ia juga merupakan Analis Kebijakan Ahli Muda di Bidang Kurikulum, Pengembangan Sastra, Perizinan Pendidikan, serta Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Dalam sambutannya, Nuraini menyampaikan apresiasi kepada para guru dan menekankan pentingnya kegiatan ini untuk memperkuat pembelajaran bahasa daerah di sekolah.

“Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 69 Tahun 2019 tentang Kurikulum Muatan Lokal. Harapannya, hasil workshop ini dapat mendukung implementasi pembelajaran bahasa daerah yang optimal di sekolah-sekolah,” ujarnya.

Ia juga memperkenalkan tim panitia yang siap membantu kebutuhan teknis peserta, termasuk pencetakan dokumen dan layanan administratif lainnya.

“Kami ingin memastikan Bapak-Ibu peserta nyaman dan bisa fokus. Kalau perlu cetak dokumen atau kirim file, cukup sampaikan ke panitia. Semua difasilitasi agar tidak mengganggu proses belajar,” katanya.

Workshop ini diikuti 50 guru SMP dari berbagai kecamatan. Meski jumlah peserta terbatas karena penyesuaian anggaran, antusiasme guru sangat tinggi bahkan beberapa hadir di luar kuota yang ditetapkan.

Menurut Nuraini, kondisi tersebut tidak menjadi kendala, justru memperkaya diskusi dan memperluas kontribusi.

Dalam sesi pengantar, panitia menekankan pentingnya Bahasa Kutai sebagai identitas budaya, media komunikasi keluarga, serta bagian dari kekayaan sastra lokal.

“Bahasa ibu punya kekuatan mempererat nilai kekeluargaan. Di sinilah peran guru menjadi sangat penting untuk menghidupkan kembali nilai-nilai lokal di ruang kelas,” jelas Nuraini.

Selama dua hari, peserta ditargetkan dapat menyusun draf modul pembelajaran Bahasa Kutai hingga 75 persen.

Tahap berikutnya akan dibimbing oleh tim dari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Timur untuk disempurnakan menjadi modul ajar yang siap digunakan di sekolah.

Guru peserta juga diberikan pengantar mengenai variasi dialek Bahasa Kutai, seperti di Sebulu, Muara Muntai, atau Kota Bangun, agar modul yang disusun sesuai dengan konteks lokal masing-masing wilayah.

Selain itu, Disdikbud Kukar menyiapkan kamus Bahasa Kutai yang telah disusun Balai Bahasa. Versi PDF akan segera dibagikan, sementara versi cetak disediakan melalui anggaran khusus agar tidak membebani guru.

“Kami sedang mengurus izin resmi dari Balai Bahasa agar kamus ini bisa digunakan sebagai referensi pembelajaran di sekolah,” terang Nuraini.

Dengan lebih dari 170 SMP, 457 SD, dan 576 PAUD di Kukar, Disdikbud menilai pelestarian bahasa daerah melalui pendidikan formal sebagai langkah strategis.

Modul Bahasa Kutai yang tengah disusun diharapkan menjadi materi ajar yang aplikatif, mudah diterapkan, serta memperkuat jati diri peserta didik terhadap budaya lokal. (Adv/fk)

FLAYER

#Trending Artikel

Terpopuler

239_20250930_235813_0000

Latest Post