DIALOGIS.CO – Desa Margahayu, Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara (Kukar), mulai menunjukkan perkembangan ekonomi berbasis potensi lokal berkat dukungan berkelanjutan pemerintah di sektor pertanian dan perkebunan.
Saat ini, sekitar 35 persen dari 1.200 kepala keluarga di desa menggantungkan penghidupan dari kebun karet dan sawit, sementara sisanya bekerja di sektor pertanian termasuk persawahan.
Kepala Desa Margahayu, Rusdi, menyebut bantuan bibit karet dari pemerintah yang diterima sekitar sepuluh tahun lalu kini mulai membuahkan hasil.
“Alhamdulillah, bantuan bibit karet dari pemerintah sekitar sepuluh tahun lalu kini sudah membuahkan hasil. Kebun-kebun warga mulai produktif dan menjadi sumber penghidupan,” ujar Rusdi, Selasa (24/6/2025).
Pemerintah Desa Margahayu juga aktif mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mandiri Sejahtera melalui pengelolaan Dana Desa.
BUMDes berperan sebagai perantara antara petani dan pabrik pengolahan, mempermudah distribusi hasil panen sekaligus menekan biaya operasional.
Salah satu inovasi yang tengah dirintis adalah kerja sama langsung dengan pabrik pengolahan karet di Palaran.
“Kami ingin hasil karet warga langsung ditampung BUMDes. Tidak perlu jauh-jauh lagi ke Samarinda, ini bisa memangkas biaya dan lebih efisien,” jelas Rusdi.
Selain karet, sektor sawit mulai menggeliat. Sekitar 10 persen lahan desa kini ditanami sawit, sebagian besar digarap generasi muda yang melihat sektor ini sebagai peluang menjanjikan. Kehadiran pabrik pengolahan sawit milik PT Niaga Emas yang berdekatan mendorong minat warga.
“Anak-anak muda sekarang mulai melihat sawit sebagai peluang besar. Karena pasarnya jelas dan pabriknya dekat, minat mereka untuk menggarap lahan meningkat,” tambah Rusdi.
Demi mendukung produktivitas pertanian dan perkebunan, sebanyak 20 kelompok tani di Margahayu telah memiliki legalitas resmi.
Tren peralihan dari sawah ke kebun karet atau sawit juga terlihat seiring meningkatnya kebutuhan pasar dan keterbatasan lahan.
Meski demikian, tantangan masih ada, terutama pemasaran hasil karet yang selama ini mengandalkan jalur lama dan menimbulkan biaya tinggi. Rusdi berharap BUMDes dapat menjadi solusi konkret untuk membantu petani.
“Kami ingin petani bisa fokus ke produksi. Urusan distribusi biar BUMDes yang urus. Ini akan meringankan beban petani,” ujarnya.
Sebagai langkah lanjutan, Pemerintah Desa Margahayu berencana mengadakan pelatihan pengolahan hasil perkebunan.
“Kalau selama ini karet dijual mentah, semoga ke depan bisa diolah dulu. Ini tentu akan menaikkan harga dan menambah penghasilan petani,” pungkas Rusdi. (Adv/fk)