DIALOGIS.CO — Nuansa Islami kembali mewarnai malam Ramadan di Tenggarong. Dinas Pariwisata (Dispar) Kutai Kartanegara (Kukar) secara resmi membuka gelaran IRMA Ramadhan Fair 2025 pada Sabtu malam, 22 Maret 2025, di halaman Masjid Agung Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Acara ini berlangsung selama enam hari, penuh dengan beragam lomba dan kegiatan bernuansa keislaman yang melibatkan partisipasi masyarakat dari berbagai kecamatan.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bidang Pemasaran Dispar Kukar, Ahmad Ivan, mengatakan bahwa kegiatan ini menjadi ruang strategis dalam membina generasi muda serta menjaga tradisi dan budaya Islami di Kukar. Salah satu kegiatan unggulan yang kembali digelar adalah Lomba Bergerakan Sahur, yang tahun ini menarik antusiasme lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
“Total ada 11 grup yang tampil malam ini, terdiri dari peserta undangan dari enam kecamatan serta kategori umum. Kami berharap, tahun depan semakin banyak kecamatan yang ikut ambil bagian,” ujar Ivan.
Penampilan grup Teratai Krucil dari Kecamatan Tenggarong membuka lomba dengan harmoni rebana dan kekompakan suara yang solid. Disusul Kopassus Bergendangan Junior dari Loa Janan yang menyuguhkan energi luar biasa lewat rebana dinamis dan koreografi atraktif.
Kemudian, grup Sri Muntai dari Muara Muntai hadir dengan sentuhan kreativitas tinggi, sementara Al Bha Ha Sa dari Tenggarong memukau penonton dengan variasi vokal dan ritme rebana. Tidak ketinggalan, Benamang Kiwa dari Muara Kaman menyajikan tempo khas yang memberi warna tersendiri di antara peserta lainnya.
Grup Nur Raya dari Anggana mengalun lembut lewat lantunan shalawat mendalam. Al Bar dari Loa Janan menarik perhatian dengan konsep unik berupa kendaraan berbentuk naga. Sementara Asy-Syakur dari Loa Kulu dan Irla Al-Amin dari Tenggarong tampil penuh semangat lewat komposisi rebana harmonis dan tempo cepat.
Kehangatan malam semakin terasa saat CAH BKR dari Kota Bangun membawakan irama khas daerah mereka, hingga ditutup oleh penampilan spektakuler Three All Zafaga dari Tenggarong.
Seluruh grup yang tampil kemudian mengikuti pawai mengelilingi Kota Tenggarong, dari Jalan KH Dewantara hingga kembali ke titik finis di kawasan Teratai. Selain sebagai ajang kompetisi, lomba ini sekaligus menjadi simbol kebersamaan dan pelestarian nilai-nilai Islam di bulan Ramadan.
“IRMA Ramadhan Fair bukan sekadar lomba, tapi juga upaya memperkuat identitas dan kebudayaan religius Kukar. Kami ingin menjadikannya ikon wisata religi tahunan,” tutup Ivan. (Adv/fr)