DIALOGIS.CO – Keindahan Pantai Ambalat di Kecamatan Samboja Barat, Kutai Kartanegara (Kukar), terus memikat hati para wisatawan. Sejak resmi dibuka pada tahun 2010, kawasan ini menjelma menjadi salah satu destinasi unggulan yang tak hanya menawarkan panorama laut, tapi juga menghidupkan denyut ekonomi warga setempat.
Saharuddin, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Karya Ambalat Samboja, menuturkan bahwa keberadaan Pantai Ambalat merupakan hasil sinergi kuat antara masyarakat dan pemerintah daerah.
“Pantai ini diresmikan langsung oleh Bupati saat itu, dan sejak itu kami terus bergerak maju bersama,” ujar Saharuddin, Sabtu (03/05/2025).
Langkah besar terjadi ketika listrik dari PLN mulai masuk pada tahun 2018. Sejak saat itu, geliat investor pun ikut meramaikan Ambalat. Kini, pengunjung dapat menemukan berbagai fasilitas wisata, mulai dari vila, resort, hingga kafe bernuansa pantai seperti Mentari, 119, Liko Resort, Beach Camp, Ampora Resort, dan Udai Umami.
Momentum Lebaran tahun ini menjadi bukti daya tarik Pantai Ambalat yang luar biasa.
“Hari kedua Lebaran, kendaraan yang masuk mencapai 800 unit, kalau dikonversi jumlah pengunjungnya antara dua hingga tiga ribu orang dalam sehari,” ungkap Saharuddin.
Tiket masuk pun dikemas secara kreatif. Untuk mobil, dikenakan tarif Rp30.000 dan motor Rp15.000. Menariknya, tiket mobil sudah termasuk souvenir berupa saraba—minuman jahe tradisional racikan ibu-ibu PKK dari Kelurahan Amborawang Laut.
“Ini sekaligus menjadi sarana promosi produk lokal,” tambahnya.
Dengan operasional 24 jam setiap hari, Pantai Ambalat menjadi tujuan utama saat akhir pekan dan libur nasional. Pendapatan dari tiket masuk bisa mencapai Rp5–10 juta per hari, tergantung tingkat kunjungan.
Dari segi fasilitas, pengunjung dimanjakan dengan gazebo, mushola, jembatan laut, hingga wahana ATV. Dukungan dari Dinas Pariwisata Kukar juga tidak main-main. Bantuan berupa tenda glamping dan sarnafil hingga pelatihan pengelolaan pariwisata telah banyak membantu penguatan kapasitas Pokdarwis.
Tidak hanya itu, nuansa budaya juga dijaga melalui agenda rutin seperti Arba Mustamir, sebuah tradisi tahunan yang digelar setiap Rabu terakhir bulan Safar.
Kehadiran Pantai Ambalat pun membawa dampak ekonomi nyata. Warga sekitar semakin aktif mengembangkan usaha kecil, dari warung makan hingga homestay rumahan. Produk khas seperti saraba bahkan ikut mendongkrak citra lokal.
Namun, Saharuddin menyampaikan harapan agar pembangunan terus dilanjutkan.
“Kami sangat berharap perhatian lebih, terutama untuk perbaikan akses jalan menuju pantai dan bantuan mobil sampah. Dua hal ini krusial untuk kenyamanan pengunjung dan keberlanjutan kawasan wisata ini,” pungkasnya.
Pantai Ambalat bukan hanya sekadar objek wisata, tapi juga simbol kolaborasi, semangat warga, dan masa depan ekonomi kreatif pesisir Kukar. (Adv/fk)