Oleh : Alisya Azzahwa Ananda*
Setiap tanggal 8 Maret, dunia memperingati Hari Perempuan Sedunia sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan dan pencapaian perempuan di berbagai bidang. Namun, di balik semarak perayaan, masih banyak perempuan yang menghadapi diskriminasi, ketidakadilan, dan stigma yang melekat di masyarakat.
Dalam momentum ini, Alisya Azzahwa Ananda, seorang perempuan yang menjadi pengurus dari Generasi Pemuda Kutai Kartanegara (Gema Kukar), menyampaikan refleksi dan harapannya bagi perempuan di seluruh dunia. Melalui ungkapan hatinya, ia mengajak perempuan untuk terus bertahan, berjuang, dan bersuara dalam menghadapi realitas yang masih belum sepenuhnya berpihak pada mereka.
Bukan Sekadar Simbol, Kita Perempuan yang Nyata
(Ungkapan Alisya Azzahwa Ananda di Hari Perempuan Sedunia 2025)
Bukan sekadar lukisan yang hanya dinilai dari estetika dan makna.
Bukan foto yang terjebak dalam batas frame dan tampilan visual.
Bukan pula patung yang tak mampu bersuara dan bergerak.
Kita perempuan. Kita manusia.
Untuk setiap perempuan yang bertahan di era patriarki yang kolot—di mana kekuatan dan kelemahan kita masih dinilai dari hawa nafsu, dan eksistensi kita diukur melalui stigma beauty privilege.
Untuk para mahasiswa yang merajut mimpi-mimpi indahnya, menganyam harapan menjadi mahakarya sempurna di masa depan.
Untuk para ibu yang bersabar, bertahan, dan mengikhlaskan jiwa serta raga, melewati ribuan kekecewaan dan rintangan demi kebahagiaan anak-anaknya.
Selamat Hari Perempuan Sedunia.
Bersuaralah ke seluruh semesta. Berdirilah teguh atas hak yang kita miliki.
Meski dunia masih dihantui pelecehan dan standar kecantikan yang tak adil, kita tetap bertahan, kita terus berjuang. Lawanlah ketidakadilan dengan refleksi cerdas. Perempuan hebat itu nyata, dan kita adalah bagian dari mereka.
Teruslah berdiri dengan kekuatan yang kokoh. Tidak ada kata menyerah, tidak ada kata merendah.
Menjadi aku, kamu, kita—tidaklah mudah. Namun, di tengah perjalanan ini, kita berjalan bersama. Berjuang di dunia yang penuh dusta, tapi tetap percaya: semua perempuan berhak bahagia atas hasil perjuangannya.
Rayakan hari ini, bukan hanya dengan ucapan, tetapi juga dengan aksi yang menyala penuh semangat.
Terima kasih untuk setiap perjuangan yang kita lakukan—setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik—untuk kita, untuk seluruh perempuan.
Perempuan dan Tantangan di Era Modern
Meskipun kesetaraan gender semakin diperjuangkan, perempuan di berbagai belahan dunia masih menghadapi tantangan besar. Diskriminasi di tempat kerja, standar kecantikan yang tidak realistis, hingga kekerasan berbasis gender masih menjadi isu yang belum terselesaikan.
Hari Perempuan Sedunia bukan sekadar perayaan, tetapi juga momentum untuk merefleksikan sejauh mana dunia telah memberikan ruang yang adil bagi perempuan. Sudahkah hak-hak perempuan benar-benar dihormati? Ataukah kita masih terjebak dalam pola lama yang membatasi peran dan potensi perempuan?
Bersama, Perempuan Bisa Lebih Kuat
Kesetaraan gender bukan hanya perjuangan perempuan, tetapi tanggung jawab bersama. Masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha harus berkontribusi dalam menciptakan ekosistem yang lebih inklusif bagi perempuan.
Seperti yang disampaikan Alisya, perempuan harus tetap kuat, tidak menyerah, dan terus melangkah menuju masa depan yang lebih adil. Dengan refleksi yang cerdas dan aksi nyata, perempuan dapat membuktikan bahwa mereka bukan sekadar simbol, melainkan kekuatan yang nyata dalam membangun peradaban.
Call to Action: Apa yang Bisa Kita Lakukan?
- Dukung kebijakan yang berpihak pada kesetaraan gender.
- Hentikan standar kecantikan yang menekan perempuan.
- Suarakan isu-isu perempuan, baik di media sosial maupun di ruang publik.
- Berikan ruang bagi perempuan untuk berkembang tanpa batasan.
Hari ini, mari rayakan bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan nyata. Karena perempuan berhak atas dunia yang lebih adil dan setara.Hari Perempuan Sedunia 2025, perjuangan perempuan, dan kesetaraan gender.
Selamat Hari Perempuan Sedunia! (*Gema Kukar)